ASKEP BRONKHITIS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN BRONKHITIS
TINJAUAN TEORI
1. Pengertian
Bronkhitis berasal dari bronchus (saluran napas) dan
itis artinya menunjukkan adanya suatu peradangan. “Bisa disimpulkan bronkitis
merupakan suatu gejala penyakit pernapasan.” Sebetulnya ada dua pengertian
bronkitis. Pertama, berdasarkan radiologi/ahli rontgen, bronkhitis merupakan
gambaran foto paru-paru dengan kelainan pada saluran napas. Pada gambaran
tersebut cirinya akan tampak “sangat ramai” dan jelas. Berbeda bila dalam
keadaan normal, gambaran saluran napas tak begitu jelas terlihat karena berisi
udara. “Tapi pada kasus bronkhitis akan muncul gambaran sebagian saluran
napasnya tersumbat lendir atau ada peradangan.”
Kedua, menurut medis/dokter, bronkhitis merupakan kelainan pada saluran
napas yang ditandai dengan adanya bunyi napas penuh lendir, seperti bunyi
‘grok-grok’, bisa terdengar di bagian dada maupun punggung.
2. Klasifikasi
Bronkhitis dapat diklasifikasikan sebagai :
a. Bronkhitis Akut
Bronkhitis akut pada bayi dan anak biasanya bersama
juga dengan trakheitis, merupakan penyakit infeksi saluran nafas akut (ISNA)
bawah yang sering dijumpai. Penyebab utama penyakit ini adalah virus. Batuk
merupakan gejala yang menonjol dank arena batuk berhubungan dengan ISNA atas.
Berarti bahwa peradangan tersebut meliputi laring, trachea dan bronkus.
Gangguan ini sering juga disebut laringotrakeobronkhitis akut atau croup dan
sering mengenai anak sampai umur 3 tahun dengan gejala suara serak, stridor,
dan nafas berbunyi.
b. Bronkhitis Kronis atau Batuk Berulang
Belum ada persesuaian pendapat mengenai bronchitis
kronik, yang ada ialah mengenai batuk kronik dan atau berulang yang di singkat
(BKB). BKB ialah keadaan klinis yang disebabkan oleh berbagai penyebab dengan
gejala batuk yang berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu berturut-turut dan
atau berulang paling sedikit 3 kali dalam 3 bulan, dengan atau tanpa disertai
gejala respiratorik dan non respiratorik lainnya. Dengan memakai batasan ini
secara klinis jelas bahwa bronchitis kronik pada anak adalah batuk kronik dan
atau berulang (BKB) yang telah disingkirkan penyebab-penyebab BKB itu misalnya
asma atau infeksi kronik saluran napas dan sebagainya.
Walaupun belum ada keseragaman mengenai patologi dan
patofisiologi bronchitis kronik, tetapi kesimpulan akibat jangka panjang
umumnya sama. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa bayi sampai anak umur 5
tahun yang menderita bronchitis kronik akan mempunyai resiko lebih besar untuk
menderita gangguan pada saluran napas kronik setelah umur 20 tahun, terutama
jika pasien tersebut merokok akan mempercepat menurunnya fungsi paru.
3. Etiologi
Penyebab bronchitis sampai sekarang masih belum
diketahui dengan jelas. Pada kenyataannya kasus-kasus bronchitis dapat timbul
secara congenital maupun didapat.
a.
Kelainan kongenital
Dalam hal ini bronchitis terjadi sejak dalam kandungan. Factor genetic atau
factor pertumbuhan dan factor perkembangan fetus memegang peran penting.
Bronchitis yang timbul congenital ini mempunyai ciri sebagai berikut :
1)
Bronchitis mengenai
hampir seluruh cabang bronkus pada satu atau kedua paru.
2)
Bronchitis konginetal
sering menyertai penyakit-penyakit konginetal lainya, misalnya : mucoviscidosis
( cystic pulmonary fibrosis ), sindrom kartagener (bronkiektasis
konginetal, sinusitis paranasal dan situs inversus), hipo atau
agamaglobalinemia, bronkiektasis pada anak kembar satu telur (anak yg satu
dengan bronkiektasis, ternyata saudara kembarnya juga menderita bronkiektasis),
bronkiektasis sering bersamaan dengan kelainan congenital berikut : tidak
adanya tulang rawan bronkus, penyakit jantung bawaan, kifoskoliasis konginetal.
b.
Kelainan didapat
Kelaianan didapat
merupakan akibat proses berikut :
1)
Infeksi
ronchitis sering
terjadi sesudah seseorang menderita pneumonia yang sering kambuh dan
berlangsung lama, pneumonia ini merupakan komplikasi pertusis maupun influenza
yang diderita semasa anak, tuberculosis paru dan sebagainya.
2)
Obstruksi bronkus
Obstruksi bronkus yang dimaksud
disini dapat disebabkan oleh berbagai macam sebab : korpus alineum, karsinoma
bronkus atau tekanan dari luar terhadap bronkus
Penyebab utama penyakit Bronkhitis Akut adalah adalah virus. Sebagai contoh
Rhinovirus, Respiratory Sincytial Virus (RSV), Infulenza Virus, Para-influenza
Virus, Adenovirus dan Coxsakie Virus. Bronkitis Akut sering terjadi pada anak
yang menderita Morbilli, Pertusis dan infeksi Mycoplasma Pneumonia. Belum ada
bukti yang meyakinkan bahwa bakteri lain merupakan penyebab primer Bronkitis
Akut pada anak. Infeksi sekunder oleh bakteri dapat terjadi, namun ini jarang
di lingkungan sosio-ekonomi yang baik.
Faktor predisposisi terjadinya bronchitis akut adalah alergi, perubahan
cuaca, polusi udara, dan infeksi saluran napas atas kronik, memudahkan
terjadinya bronchitis.
Sedangkan pada Bronkitis Kronik dan Batuk Berulang adalah sebagai berikut:
a. Spesifik
1)
Asma
2)
Infeksi kronik saluran
napas bagian atas (misalnya sinobronkitis).
3)
Infeksi, misalnya
bertambahnya kontak dengan virus, infeksi mycoplasma, hlamydia, pertusis,
tuberkulosis, fungi/jamur.
4)
Penyakit paru yang
telah ada misalnya bronkietaksis.
5)
Sindrom aspirasi.
6)
Penekanan pada saluran
napas
7)
Benda asing
8)
Kelainan jantung bawaan
9)
Kelainan sillia primer
10)
Defisiensi imunologis
11)
Kekurangan
anfa-1-antitripsin
12)
Fibrosis kistik
13)
Psikis
b. Non-spesifik
1)
Asap rokok
2)
Polusi udara
4. Patofisiologi
Virus (penyebab tersering infeksi) - Masuk saluran
pernapasan - Sel mukosa dan sel silia - Berlanjut - Masuk saluran
pernapasan(lanjutan) - Menginfeksi saluran pernapasan - Bronkitis - Mukosa
membengkak dan menghasilkan lendir - Pilek 3 – 4 hari - Batuk (mula-mula kering
kemudian berdahak) - Riak jernih - Purulent - Encer - Hilang - Batuk - Keluar -
Suara ronchi basah atau suara napas kasar - Nyeri subsernal - Sesak napas -
Jika tidak hilang setelah tiga minggu - Kolaps paru segmental atau infeksi paru
sekunder (pertahanan utama) (Sumber : dr.Rusepno Hasan, Buku Kuliah 3 Ilmu
Kesehatan Anak, 1981).
Apabila bronchitis kongenital patogenesisnya tidak diketahui diduga erat
hubungannya dengan genetic serta factor pertumbuhan dan perkembangan fetus
dalam kandungan. Pada bronchitis yang didapat patogenesisnya diduga melelui
beberapa mekanisme : factor obstruksi bronkus, factor infeksi pada bronkus atau
paru-paru, fibrosis paru, dan factor intrinsik dalam bronkus atau paru.
Patogenesis pada kebanyakan bronchitis yang didapat melalui dua mekanisme
dasar:
a. Infeksi bacterial pada bronkus atau paru, kemudian timbul bronchitis.
Infeksi pada bronkus atau paru akan diikuti proses destruksi dinding bronkus
daerah infeksi dan kemudian timbul bronchitis.
b. Obstruksi bronkus akan diikuti terbentuknya bronchitis, pada bagian distal
obstruksi dan terjadi infeksi juga destruksi bronkus.
Bronchitis merupakan penyakit paru yang mengenai paru dan sifatnya kronik.
Keluhan-keluhan yang timbul juga berlangsung kronik dan menetap . keluhan-keluhan
yang timbul erat dengan : luas atau banyaknya bronkus yang terkena, tingkatan
beratnya penyakit, lokasi bronkus yang terkena, ada atau tidaknya komplikasi
lanjut.. keluhan-keluhan yang timbul umumnya sebagai akibat adanya beberapa hal
: adanya kerusakan dinding bronkus, akibat komplikasi, adanya kerusakan fungsi
bronkus.
Mengenai infeksi dan hubungannya dengan patogenesis bronchitis, data
dijelaskan sebagai berikut ;
a.
Infeksi pertama (
primer )
Kecuali pada bentuk bronchitis kongenital. Masih menjadi pertanyaan apakah
infeksi yang mendahului terjadinya bronchitis tersebut disebabkan oleh bakteri
atau virus. Infeksi yang mendahului bronchitis adalah infeksi bacterial yaitu
mikroorgansme penyebab pneumonia. Dikatakan bahwa hanya infeksi bakteri saja
yang dapat menyebabkan kerusakan pada dinding bronkus sehingga terjadi
bronchitis, sedangkan infeksi virus tidak dapat ( misalnya adenovirus tipe 21,
virus influenza, campak, dan sebagainnya ).
b.
Infeksi sekunder
Tiap pasien bronchitis tidak selalu disertai infeksi sekunder pada lesi,
apabila sputum pasien yang semula berwarna putih jernih kemudian berubah
warnanya menjadi kuning atau kehijauan atau berbau busuk berarti telah terjadi
infeksi sekunder oleh kuman anaerob misalnya : fusifomis fusiformis, treponema
vincenti, anaerobic streptococci. Kuman yang erring ditemukan dan menginfeksi
bronkus misalnya : streptococcus pneumonie, haemophilus influenza, klebsiella
ozaena.
5. Tanda dan Gejala
Biasanya penyakit dimulai dengan tanda-tanda infeksi saluran napas akut
(ISNA) atas yang disebabkan oleh virus. Batuk mula-mula kering, setelah 2 atau
3 hari batuk mulai berdahak dan menimbulkan suara lender. Pada anak dahak yang
mukoid (kental) susah ditemukan karena sering ditelan. Mungkin dahak berwarna
kuning dan kental tetapi tidak selalu berarti telah terjadi infeksi bakteri
sekunder. Anak besar sering mengeluh rasa sakit retrosternal dan pada anak
kecil dapat terjadi sesak napas.
Pada beberapa hari pertama tidak terdapat kelainan pada pemeriksaan dada
tetapi kemudian dapat timbul ronchi basah kasar dan suara napas kasar. Batuk
biasanya akan menghilang setelah 2-3 minggu. Bila setelah 2 minggu batuk masih
tetap ada, mungkin telah terjadi kolaps paru segmental atau terjadi infeksi
paru sekunder.
Mengi (wheezing) mungkin saja terdapat pada pasien bronchitis. Mengi dapat
murni merupakan tanda bronchitis akut, tetapi juga kemungkinan merupakan
manifestasi asma pada anak tersebut, lebih-lebih bila keadaan ini sudah terjadi
berulang kali.
Menurut Gunadi Santoso dan Makmuri (1994), tanda dan gejala yang ada yaitu:
a.
Biasanya tidak demam,
walaupun ada tetapi rendah
b.
Keadaan umum baik,
tidak tampak sakit, tidak sesak
c.
Mungkin disertai
nasofaringitis atau konjungtivitis
d.
Pada paru didapatkan
suara napas yang kasar
Menurut Ngastiyah (1997), yang perlu diperhatikan adalah akibat batuk yang
lama, yaitu:
a.
Batuk siang dan malam
terutama pada dini hari yang menyebabkan klien kurang istirahat
b.
Daya tahan tubuh klien
yang menurun
c.
Anoreksia sehingga
berat badan klien sukar naik
d.
Kesenangan anak untuk
bermain terganggu
e.
Konsentrasi belajar
anak menurun
Gejala awal Bronkhitis, antara lain :
a.
Batuk membandel
Batuk kambuhan,
berdahak-tidak, berat-tidak. Kendati ringan harus tetap diwaspadai karena bila
keadaan batuk terus menerus bisa menghebat dan berlendir sampai sesak napas.
b.
Sulit disembuhkan
Bisa sering atau tidak
tapi sulit disembuhkan. Dalam sebulan batuk pileknya lebih dari seminggu dan
baru sembuh dua minggu, lalu berulang lagi.
c.
Terjadi kapan saja
Batuknya bisa muncul
malam hari, baru tidur sebentar batuknya ‘grok-grok’ bahkan sampai muntah. Bisa
juga batuk baru timbul menjelang pagi. “Atau habis lari-lari, ia kemudian
batuk-batuk sampai muntah.
Tanda dan gejala secara
umum dapat disimpulkan:
a.
Sering bersin dan
banyak sekret atau lendir
b.
Demam ringan
c.
Tidak dapat makan dan
gangguan tidur
d.
Retraksi atau tarikan
pada dinding-dinding dada, suprasternal, interkostal dan subkostal pada
inspirasi
e.
Cuping hidung
f.
Nafas cepat
g.
Dapat juga cyanosis
h.
Batuk-batuk
i.
Wheezing
j.
Iritabel
k.
Cemas
6. Komplikasi
a. Bronkitis Akut yang tidak ditangani cenderung menjadi Bronkitis Kronik
b. Pada anak yang sehat jarang terjadi komplikasi, tetapi pada anak dengan
gizi kurang dapat terjadi Othithis Media, Sinusitis dan Pneumonia
c. Bronkitis Kronik menyebabkan mudah terserang infeksi
d. Bila sekret tetap tinggal, dapat menyebabkan atelektasisi atau
Bronkietaksis
e. Gagal jantung kongestif
f. Pneumonia
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Foto Thorax : Tidak tampak adanya kelainan atau hanya hyperemia
b. Laboratorium : Leukosit > 17.500.
8. Penatalaksanaan
a. Tindakan Perawatan
1.
Pada tindakan perawatan
yang penting ialah mengontrol batuk dan mengeluarakan lender/secret.
2.
Sering mengubah posisi.
3.
Banyak minum.
4.
Inhalasi.
5.
Nebulizer
6.
Untuk mempertahankan
daya tahan tubuh, setelah anak muntah dan tenang perlu diberikan minum susu
atau makanan lain.
Pasien dengan
bronchitis tidak dirawat di Rumahsakit kecuali ada komplikasi yang menurut
dokter perlu perawatan di Rumahsakit, oleh karenanya perawatan lebih ditujukan
sebagai petunjuk kepada orang tua. Masalah yang perlu diperhatikan adalah
akibat batuk yang lama dan resiko terjadi komplikasi.
1. Akibat batuk yang lama
Pada bronchitis gejala batuk sangat menonjol, dan
sering terjadi siang dan malam terutama pagi-pagi sekali yang menyebabkan
pasien kurang istirahat atau tidur; pasien akan terganggu rasa aman dan
nyamannya. Akibat lain adalah terjadinya daya tahan tubuh pasien yang menurun,
anoreksia, sehingga berat badannya sukar naik. Pada anak yang lebih besar
batuk-batuk yang terus menerus akan mengganggu kesenangannya bermain, dan bagi
anak yang sudah sekolah batuk mengganggu konsentrasi belajar bagi dirinya
sendiri, saudara, maupun teman-temannya.
Untuk mengurangi gangguan tersebut perlu diusahakan
agar batuk tidak bertambah banyak dengan memberikan obat secara benar dan
membatasi aktivitas anak untuk mencegah keluar banyak keringat, karena jika
baju basah akan menyebabkan batuk-batuk (karena dingin). Untuk mengurangi batuk
pada malam hari berikan obat batuk yang terakhir sebelum tidur. Anak yang batuk
apalagi bronchitis lebih baik tidak tidur di kamar yang ber AC atau memakai
kipas angin. Jika suhu udara dingin pakaikan baju yang hangat, bila ada yang
tertutup leherya. Obat gosok membuat anak merasa hangat dan dapat tidur
tenang.Bila batuk tidak segera berhenti berikan minum hangat tidak manis.
2. Terjadi komplikasi
Bronkhitis akut yang tidak diobati secara benar
cenderung menjadi bronchitis kronik, sedangkan bronchitis kronik memungkinkan
anak mudah mendapat infeksi. Gangguan pernafasan secara langsung sebagai akibat
bronchitis kronik ialah bila lendir tetap tinggal di dalam paru akan
menyebabkan terjadinya atelektasis atau bronkiektasis, kelainan ini akan
menambah penderitaan pasien lebih lama.
Untuk menghindarkan terjadinya komplikasi ini pasien
bronchitis harus mendapatkan pengobatan dan perawatan yang benar sehingga
lender tidak selalu tertinggal dalam paru. Berikan banyak minum untuk membantu
mengencerkan lendir; berikan buah dan makanan bergizi untuk mempertinggi daya
tahan tubuh
b. Tindakan Medis
1.
Jangan beri obat antihistamin
berlebih
2.
Beri antibiotik bila
ada kecurigaan infeksi bakterial
3.
Dapat diberi efedrin
0,5 – 1 mg/KgBB tiga kali sehari
4.
Chloral hidrat 30 mg/Kg
BB sebagai sedative
Karena penyebab bronchitis pada umumnya virus maka
belum ada obat kausal. Antibiotik tidak berguna. Obat yang diberikan biasanya
untuk penurun demam, banyak minum terutama sari buah-buahan. Obat penekan batuk
tidak diberikan pada batuk yang banyak lendir, lebih baik diberi banyak minum.
Bila batuk tetap ada dan tidak ada perbaikan setelah 2 minggu maka perlu
dicurigai adanya infeksi bakteri sekunder dan antibiotic boleh diberikan, asal
sudah disingkirkan adanya asma atau pertusis. Pemberian antibiotic yang serasi
untuk M. Pneumoniae dan H. Influenzae sebagai bakteri penyerang sekunder
misalnya amoksisilin, kotrimoksazol dan golongan makrolid. Antibiotik diberikan
7-10 hari dan jika tidak berhasil maka perlu dilakukan foto thorak untuk
menyingkirkan kemungkinan kolaps paru segmental dan lobaris, benda sing dalam
saluran napas, dan tuberkolusis.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Dasar data pengkajian pasien
a. Identitas Klien : Nama, umur, alamat, pendidikan, agama, no. register,
diagnose medis
b. Riwayat kesehatan
Riwayat alergi dalam keluarga, gangguan genetic, riwayat tentang disfungsi
pernapasan sebelumnya, bukti terbaru penularan terhadap infeksi, allergen, atau
iritan lain, trauma.
c. Pemeriksaan Fisik:
1)
B1 (Breathing)
Adanya retraksi dan pernapasan cuping hidung, warna kulit dan membrane
mukosa pucat dan cyanosis, adanya suara serak, stridor dan batuk. Pada anak
yang menderita bronchitis biasanya disertai dengan demam ringan, secara
bertahap mengalami peningkatan distress pernapasan, dispnea, batuk non
produktif paroksimal, takipnea dengan pernapasan cuping hidung dan retraksi,
emfisema,
Gejala:
a) Takipnea (barat saat aktivitas)
b) Batuk menetap dengan sputum terutama pagi hari
c) Warna sputum dapat hijau, putih, atau kuning dan dapat banyak sekali
d) Riwayat infeksi saluran nafas berulang
e) Riwayat terpajan polusi (rokok dll)
Tanda
a) Lebih memilih posisi fowler/semi fowler untuk bernafas
b) Penggunaan otot bantu nafas
c) Cuping hidung
d) Bunyi nafas krekel (kasar)
e) Perkusi redup (pekak)
f) Kesulitan bicara kalimat (umumnya hanya kata-kata yang terputus-putus)
g) Warna kulit pucat, normal atau sianosis
h) Clubing finger (jari tabuh)
2)
B2 (Blood)
Gejala : Pembengkakan pada ekstremitas bawah
Tanda : Peningkatan TD,
Takikardi, Distensi vena jugularis, Bunyi jantung redup(karena cairan di
paru-paru), Warna kulit normal atau sianosis
3)
B3 (Brain)
Klien tampak gelisah,
peka terhadap rangsang, ketakutan, nyeri dada.
4)
B4 (Bladder)
Tidak ditemukan
masalah, tidak ditemukan adanya kelainan.
5)
B5 (Bowel)
Gejala
a.
Mual/muntah
b.
Nafsu makan menurun
c.
Ketidakmampuan makan
karena distres pernafasan
d.
Penurunan berat badan.
e.
Nyeri abdomen
Tanda
a.
Turgor kulit buruk
b.
Edema
c.
Berkeringat
d.
Palpitasi abdomial
dapat menunjukkan hepatomegali
6)
B6 (Bone)
Gejala
a.
Keletihan, kelelahan
b.
Ketidakmampuan untuk
melakukan aktivitas karena sulit bernafas
c.
Ketidakmampuan untuk
tidur, perlu dalam posisi duduk tinggi
d.
Dispnea pada saat
istirahat atau respon terhadap aktivitas atau latihan
Tanda
a.
Keletihan
b.
Gelisah
c.
Insomnia
2. Pemeriksaaan diagnostik
a. Rongent
Peningkatan tanda bronkovaskuler
b. Tes fungsi paru
Memperkirakan derajad disfungsi paru
c. Volume residu
Meningkat
d. GDA
Memperkirakan progresi penyakit (Pa02 menurun dan PaCO2 meningkat atau
normal)
e. Bronkogram
Pembesaran duktus mukosa
f. Sputum
Kultur untuk menentukan adanya infeksi,identifikasi pathogen
g. EKG
Disritmia arterial
h. EKG latihan
Membantu dalam mengkaji derajad disfungsi paru untuk program latihan
3. Prioritas perawatan
a. Mempertahankan patensi jalan nafas
b. Membantu tindakan untuk mempermudah pertukaran gas
c. Mempertahankan pola nafas yang efektif
d. Meningkatkan masukan nutrisi
e. Mencegah komplikasi, memperlambat memburuknya kondisi serta mencegah
infeksi
f. Mengurangi kecemasan yang dialami klien
g. Memberikan informasi tentang proses penyakit/prognosis dan program
pengobatan
4. Diagnosa perawatan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi
sekret.
Tujuan : Mempertahankan jalan nafas paten.
Rencana Tindakan:
1.
Auskultasi bunyi nafas
Rasional : Beberapa
derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas dan dapat
dimanifestasikan dengan adanya bunyi nafas.
2.
Kaji/pantau frekuensi
pernafasan.
Rasional : Tachipnoe
biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan selama / adanya proses
infeksi akut.
3.
Dorong/bantu latihan
nafas abdomen atau bibir
Rasional : Memberikan
cara untuk mengatasi dan mengontrol dispoe dan menurunkan jebakan udara.
4. Observasi karakteristik batuk
Rasional : Batuk dapat
menetap tetapi tidak efektif, khususnya pada lansia, penyakit akut atau
kelemahan
5. Tingkatkan masukan cairan sampai 1500-2000 ml/hari
Rasional : Hidrasi
membantu menurunkan kekentalan sekret mempermudah pengeluaran.
b.
Kerusakan pertukaran
gas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas oleh sekresi, spasme bronchus.
Tujuan : Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan yang adekuat
dengan GDA dalam rentang normal dan bebas gejala distress pernafasan.
Rencana Tindakan:
1. Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan.
Rasional : Berguna
dalam evaluasi derajat distress pernafasan dan kronisnya proses penyakit.
2. Tinggikan kepala tempat tidur, dorong nafas dalam.
Rasional : Pengiriman
oksigen dapat diperbaiki dengan posisi duduk tinggi dan
3. Latihan nafas untuk menurunkan kolaps jalan nafas, dispenea dan kerja
nafas. Auskultasi bunyi nafas.
Rasional : Bunyi nafas
makin redup karena penurunan aliran udara atau area konsolidasi
4. Awasi tanda vital dan irama jantung
Rasional : Takikardia,
disritmia dan perubahan tekanan darah dapat menunjukkan efek hipoksemia
sistemik pada fungsi jantung.
5. Awasi GDA
Rasional : PaCO2
biasanya meningkat, dan PaO2 menurun sehingga hipoksia terjadi derajat lebih
besar/kecil.
6. Berikan O2 tambahan sesuai dengan indikasi hasil GDA
Rasional : Dapat
memperbaiki/mencegah buruknya hipoksia.
c.
Pola nafas tidak
efektif berhubungan dengan broncokontriksi, mukus.
Tujuan : perbaikan dalam pola nafas.
Rencana Tindakan:
1. Ajarkan pasien pernafasan diafragmatik dan pernafasan bibir
Rasional : Membantu
pasien memperpanjang waktu ekspirasi. Dengan teknik ini pasien akan bernafas
lebih efisien dan efektif.
2. Berikan dorongan untuk menyelingi aktivitas dan periode istirahat
Rasional : memungkinkan
pasien untuk melakukan aktivitas tanpa distres berlebihan.
3. Berikan dorongan penggunaan pelatihan otot-otot pernafasan jika diharuskan
Rasional : menguatkan
dan mengkondisikan otot-otot pernafasan.
d.
Perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan berhubungan dengan dispnoe, anoreksia, mual muntah.
Tujuan : Menunjukkan peningkatan berat badan.
Rencana Tindakan:
1. Kaji kebiasaan diet.
Rasional : Pasien
distress pernafasan akut, anoreksia karena dispnea, produksi sputum.
2. Auskultasi bunyi usus
Rasional : Penurunan
bising usus menunjukkan penurunan motilitas gaster.
3. Berikan perawatan oral
Rasional : Rasa tidak
enak, bau adalah pencegahan utama yang dapat membuat mual dan muntah.
4. Timbang berat badan sesuai indikasi.
Rasional : Berguna
menentukan kebutuhan kalori dan evaluasi keadekuatan rencana nutrisi.
5. Konsul ahli gizi
Rasional : Kebutuhan
kalori yang didasarkan pada kebutuhan individu memberikan nutrisi maksimal.
e.
Resiko tinggi terhadap
infeksi berhubungan dengan menetapnya sekret, proses penyakit kronis.
Tujuan : mengidentifikasi intervensi untuk mencegah resiko tinggi
Rencana Tindakan:
1. Awasi suhu
Rasional : Demam dapat
terjadi karena infeksi atau dehidrasi.
2. Observasi warna, bau sputum.
Rasional : Sekret
berbau, kuning dan kehijauan menunjukkan adanya infeksi.
3. Tunjukkan dan bantu pasien tentang pembuangan sputum.
Rasional : mencegah
penyebaran patogen.
4. Diskusikan kebutuhan masukan nutrisi adekuat.
Rasional : Malnutrisi
dapat mempengaruhi kesehatan umum dan menurunkan tekanan darah terhadap
infeksi.
5. Berikan anti mikroba sesuai indikasi
Rasional : Dapat
diberikan untuk organisme khusus yang teridentifikasi dengan kultur.
f.
Ansietas berhubungan
dengan perubahan status kesehatan
Tujuan : pasien akan mengalami penurunan rasa ketakutan dan ansietas.
Rencana tindakan:
1. Kaji tingkat kecemasan (ringan, sedang, berat).
Rasional : Dengan
mengetahui tingkat kecemasan klien, sehingga memudahkan tindakan selanjutnya.
2. Berikan dorongan emosional.
Rasional : Dukungan
yang baik memberikan semangat tinggi untuk menerima keadaan penyakit yang
dialami.
3. Beri dorongan mengungkapkan ketakutan/masalah
Rasional :
Mengungkapkan masalah yang dirasakan akan mengurangi beban pikiran yang
dirasakan
4. Jelaskan jenis prosedur dari pengobatan
Rasional : Penjelasan
yang tepat dan memahami penyakitnya sehingga mau bekerjasama dalam tindakan
perawatan dan pengobatan.
5. Beri dorongan spiritual
Rasional : Diharapkan
kesabaran yang tinggi untuk menjalani perawatan dan menyerahkan pada TYME atas
kesembuhannya.
g.
Kurang pengetahuan yang
berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit dan perawatan di
rumah
Tujuan : Mengatakan pemahaman kondisi/proses penyakit dan tindakan.
Intervensi :
1. Jelaskan proses penyakit individu
Rasional : Menurunkan
ansietas dan dapat menimbulkan partisipasi pada rencana pengobatan.
2. Instruksikan untuk latihan afas, batuk efektif dan latihan kondisi umum.
Rasional : Nafas bibir
dan nafas abdominal membantu meminimalkan kolaps jalan nafas dan meningkatkan
toleransi aktivitas
3. Diskusikan faktor individu yang meningkatkan kondisi misalnya udara,
serbuk, asap tembakau.
Rasional : Faktor
lingkungan dapat menimbulkan iritasi bronchial dan peningkatan produksi sekret
jalan nafas.
5. Impelementasi
Pada tahap ini untuk
melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah dicatat dalam rencana
perawatan pasien. Agar implementasi/pelaksanaan perencanaan ini dapat tepat
waktu dan efektif maka perlu mengidentifikasi prioritas perawatan, memantau dan
mencatat respon pasien terhadap setiap intervensi yang dilaksanakan serta
mendokumentasikan pelaksanaan perawatan. Pada pelaksanaan keperawatan
diprioritaskan pada upaya untuk mempertahankan jalan nafas, mempermudah
pertukaran gas, meningkatkan masukan nutrisi, mencegah komplikasi, memperlambat
memperburuknya kondisi, memberikan informasi tentang proses penyakit (Doenges
Marilynn E, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan)
6. Evaluasi
Pada tahap akhir proses keperawatan adalah mengevaluasi respon pasien terhadap
perawatan yang diberikan untuk memastikan bahwa hasil yang diharapkan telah
dicapai.
Evaluasi merupakan proses yang interaktif dan kontinyu, karena setiap
tindakan keperawatan, respon pasien dicatat dan dievaluasi dalam hubungannya
dengan hasil yang diharapkan kemudian berdasarkan respon pasien, revisi,
intervensi keperawatan/hasil pasien yang mungkin diperlukan. Pada tahap
evaluasi mengacu pada tujuan yang telah ditetapkan yaitu : jalan nafas efektif,
pola nafas efektif, pertukaran gas adekuat, masukan nutrisi adekuat, infeksi
tidak terjadi, intolerans aktivitas meningkat, kecemasan berkurang/hilang,
klien memahami kondisi penyakitnya. (Keliat Budi Anna, 1994, Proses
Keperawatan).
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilynn E, 1999, Rencana
Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan
Pasien, ; alih bahasa, I Made Kariasa; editor, Monica Ester, Edisi 3, Jakarta :
EGC
Dona L. Wong, 2004, Pedoman Klinis
Keperawatan Pediatrik Edisi 4, Jakrta : Buku Kedokteran EGC
Keliat, Budi Anna, Proses
Keperawatan
0 Response to "ASKEP BRONKHITIS"
Post a Comment