ASKEP CEPHAL HEMATOMA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN CEPHAL HEMATOMA

TINJAUAN TEORI
A.    Definisi
Cephal hematoma adalah perdarahan sub periosteal akibat kerusakan jaringan poriestum karena tarikan atau tekanan jalan lahir. Dan tidak pernah melampaui batas sutura garis tengah. Pemeriksaan x-ray tengkorak dilakukan, bila dicurigai ada nya faktur (mendekati hampir 5% dari seluruh cephalhematoma). Tulang tengkorak yang sering terkena adalah tulang temporal atau parietal ditemukan pada 0,5-2 % dari kelahiran hidup. (Menurut P.Sarwono.2002. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal ; Bagus Ida Gede Manuaba. 1998; Prawiraharjo, Sarwono. 2002. Ilmu Kebidanan)
Cephal hematoma adalah pembengkakan pada daerah kepala yang disebabkan karena adanya penumpukan darah akibat pendarahan pada subperiostinum. (Vivian nanny lia dewi, 2010). Kelainan ini agak lama menghilang (1-3 bulan). Pada gangguan yang luas dapat menimbulkan anemia dan hiperbilirubinemia. Perlu pemantauan hemoglobin, hematokrik, dan bilirubin. Aspirasi darah dengan jarum tidak perlu di lakukan. (Sarwono Prawirohardjo,2007).

B.     Klasifikasi
Menurut letak jaringan yang terkena ada 2 jenis yaitu (Ika Nugroho.2011) :
1.      Subgaleal
Galea merupakan lapiasan aponeurotik yang melekat secara longgar pada sisi sebelah dalan periosteum. Pembuluh-pembuluh darah vena di daerah ini dapat tercabik sehingga mengakibatkan hematoma yang berisi sampai sebanyak 250 ml darah. Terjadi anemia dan bisa menjadi shock. Hematoma tidak terbatas pada suatu daerah tertentu (Oxorn, Harry, 1996).
Penyebabnya adalah perdarahan yang letaknya antara aponeurosis epikranial dan periosteum. Dapat terjadi setelah tindakan ekstraksi vakum. Jarang terjadi karena komplikasi tindakan mengambil darah janin untuk pemeriksaan selama persalinan, risiko terjadinya terutama pada bayi dengan gangguan hemostasis darah.
Sedangkan untuk kadang-kadang  sukar didiagnosis, karena terdapat edema menyeluruh pada kulit kepala. Perdarahan biasanya lebih berat dibandingkan dengan perdarahan subperiosteal, bahaya ikterus lebih besar.
2.      Subperiosteal
Karena periosteum melekat pada tulang tengkorak di garis-garis sutura, maka hematoma terbatas pada daerah yang dibatasi oleh sutura-sutura tersebut. Jumlah darah pada tipe subperiosteal ini lebih sedikit dibandingkan pada tipe subgaleal, fraktur tengkorak bisa menyertai.
Gambaran Klinis : kulit kepala membengkak. Biasanya tidak terdeteksi samapai hari ke 2 atau ke 3. Dapat lebih dari 1 tempat. Perdarahan dibatasi oleh garis sutura, biasanya di daerah parietal.
Perjalanan Klinis dan Diagnosis : Pinggirnya biasanya mengalami klasifikasi. Bagian tengah tetap lunak dan sedikit darah akan diserap oleh tubuh. Mirip fraktur depresi pada tengkorak. Kadang-kadang menyebabkan ikterus neonatorum.

C.    Etiologi
Hematoma dapat terjadi karena :
1.      Persalinan lama
Persalinan yang lama dan sukar, dapat menyebabkan adanya tekanan tulang pelvis ibu terhadap tulang kepala bayi, yang menyebabkan robeknya pembuluh darah.
2.      Tarikan vakum atau cunam
Persalinan yang dibantu dengan vacum atau cunam yang kuat dapat menyebabakan penumpukan darah akibat robeknya pembuluh darah yang melintasi tulang kepala ke jaringan periosteum.
3.      Kelahiran sungsang yang mengalami kesukaran melahirkan kepala bayi.
( Menurut : Prawiraharjo, Sarwono. 2002. Ilmu Kebidanan )

D.    Patofisiologi
Kadang-kadang, cephal hematom terjadi ketika pembuluh darah pecah selama persalinan atau kelahiran yang menyebabkan perdarahan ke dalam daerah antara tulang dan periosteum. Cedera ini terjadi paling sering pada wanita primipara dan sering berhubungan dengan persalinan dengan forsep dan ekstraksi vacum. Tidak seperti kapu suksedaneum, cephal hematoma berbatas tegas dan tidak melebar sampai batas tulang. Cephal hematom dapat melibatkan salah satu atau kedua tulang parietal. Tulang oksipetal lebih jarang terlibat, dan tulang frontal sangat jarang terkena. Pembengkakan biasanya minimal atau tidak ada saat kelahiran dan bertambah ukuranya pada hari kedua atau ketiga. Kehilangan darah biasanya tidak bermakna.(Wong,2008)
Menurut FK. UNPAD. 1985 dalam Obstetri Fisiologi Bandung, peroses perjalanan penyakit cephal hematom adalah :
1.      Cephal hematoma terjadi akibat robeknya pembuluh darah yang melintasi tulang kepala ke jaringan poriosteum. Robeknya pembuluh darah ini dapat terjadi pada persalinan lama. Akibat pembuluh darah ini timbul timbunan darah di daerah sub periosteal yang dari luar terlihat benjolan.
2.      Bagian kepala yang hematoma bisanya berwarna merah akibat adanya penumpukan daerah yang perdarahan sub periosteum. (  Menurut : FK. UNPAD. 1985. Obstetri Fisiologi Bandung )

E.     Manifestasi Klinis
Berikut ini adalah tanda-tanda dan gejala Cephal hematoma:
1.      Adanya fluktuasi
2.      Adanya benjolan, biasanya baru tampak jelas setelah 2 jam setelah bayi lahir
3.      Adanya chepal hematoma timbul di daerah tulang parietal
Berupa benjolan timbunan kalsium dan sisa jaringan fibrosa yang masih teraba. Sebagian benjolan keras sampai umur 1-2 tahun. Tempatnya tetap.
4.      Kepala tampak bengkak dan berwarna merah, karena perdaraahan subperiosteum
5.      Tampak benjolan dengan batas yang tegas dan tidak melampaui tulang tengkorak ( tidak melewati sutura).
6.      Pada perabaan terasa mula – mula keras kemudian menjadi lunak, tetapi tidak leyok pada tekanan dan berfluktuasi.
7.      Benjolan tampak jelas lebih kurang 6 – 8 jam setelah lahir
8.      Benjolan membesar pada hari kedua atau ketiga, pembengkakan terbatas
9.      Benjolan akan menghilang dalam beberapa minggu.
F.     Komplikasi
1.      Ikterus
2.      Anemia
3.      Infeksi
4.      Kalasifikasi mungkin bertahan selama > 1 tahun
Gejala lanjut yang mungkin terjadi yaitu anemia dan hiperbilirubinemia. Jarang menimbulkan perdarahan yang memerlukan transfusi, kecuali bayi yang mempunyai gangguan pembekuan Kadang-kadang disertai dengan fraktur tulang tengkorak di bawahnya atau perdarahan intra kranial.

G.    Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan X-Ray tengkorak dilakukan bila dicurigai adanya fraktur (mendekati hampir 5% dari seluruh cephal hematom). Dan pemeriksaan darah lengkap untuk menilai kadar bilirubin, hematokrit, dan hemoglobin.(Alpers, ann.2006)

H.    Penatalaksanaan
Cephal hematoma umumnya tidak memerlukan perawatan khusus. Biasanya akan mengalami resolusi khusus sendiri dalam 2-8 minggu tergantung dari besar kecilnya benjolan. Namun apabila dicurigai adanya fraktur, kelainan ini akan agak lama menghilang (1-3 bulan) dibutuhkan penatalaksanaan khusus antara lain :
1.      Cegah infeksi bila ada permukan yang mengalami luka maka jaga agar tetap kering dan bersih.
2.      Tidak boleh melakukan massase luka/benjolan Cephal hematoma
3.      Pemberian vitamin K
4.      Pemeriksaan radiologi, bila ada indikasi gangguan nafas, benjolan terlalu besar  observasi ketat untuk mendeteksi perkembangan
5.      Pantau hematokrit
6.      Rujuk, bila ada fraktur tulang tengkorak, cephal hematoma yang terlalu besar 
7.      Bila tidak ada komplikasi, tanpa pengobatan khusus akan sembuh / mengalami resolusi dalam 2 - 8 minggu
8.      Bayi dengan Cephal hematoma tidak boleh langsung disusui oleh ibunya karena pergerakan dapat mengganggu pembuluh darah yang mulai pulih.
(Menurut : Manuaba. Ida Bagus Gede, 1998. Ilmu Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan)




KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A.    Pengkajian
1.      Subjektif
a.       Identitas
Data diri klien dan penanggung jawab meliputi : nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat, dll.
b.      Keluhan
Benjolan di kepala bayi segera dan beberapa jam setelah lahir.
2.      Objektif
a.       Benjolan di kepala bayi, biasanya pada daerah tulang parietal, oksipital.
b.      Berkembang secara bertahap dalam waktu 12-72 jam
c.       Pembengkakan kepala berbentuk benjolan difus.
d.      Berbatas tegas, tidak melampaui batas sutura.
e.       Perabaan, mula-mula keras lama kelamaan lunak.
f.        Pada daerah pembengkakan terdapat pitting odema.
g.      Sifat timbulnya perlahan, benjolan tampak jelas setelah 6-8 jam setelah lahir.
h.      Bersifat soliter / multiple.
i.        Anemi, hiperbilirubin bila gangguan meluas.
j.        Jarang menimbulkan perdarahan yang memerlukan transfusi, kecuali bayi yang mempunyai gangguan pembekuan.
3.      Pemeriksaan radiologi : dilakukan bila ada indikasi gangguan nafas, benjolan terlalu besar.
4.      Pemeriksaan Laboratorium untuk menilai kadar hematokrit, hemoglobin, bilirubin, dan faktor pembekuan.

B.     Diagnosa Keperawatan
1.      Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan edema pada kepala
2.      Ansietas orang tua berhubungan dengan ketidaktahuan status kesehatan anak.
3.      Resiko infeksi berhubungan dengan adanya indurasi.
C.    Intervensi Keperawatan
No
Diagnosa Keperawatan
Tujuan
Intervensi
Rasional
1.
Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan edema pada kepala

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan Anak akan menunjukkan berkurangnya rasa ketidaknyamanan dengan KH :
1.      Anak tidak rewel.
2.      Anak tidak terus menangis.
3.      Anak memperhatikan tanda – tanda vital dalam batas normal.
1.      Kaji ekspresi anak (diam, rewel, menangis terus-menerus,dll)


2.      Kurangi jumlah cahaya lampu, kebisingan, dan berbagai stimulus lingkungan lainya dalam anak.
3.      Kaji tanda – tanda vital, catat peningkatan frekuensi nadi, peningkatan atau penurunan nafas..
4.      Kolaborasi : Berikan analgesik sesuai kebutuhan
1.      Memberikan data dasar untuk menentukan dan mengevaluasi intervensi yang diberikan.
2.      Stimulus demikian dapat mengganggu anak yang mengalami cedera. Karena dapat meningkatkan tekanan intrkranial.
3.      Peningkatan frekuensi nadi, peningkatan atau penurunan frekuensi pernapasan menunjukkan ketidaknyamanan.
4.      Mengurangi nyeri dan spasme otot

2.
Ansietas
orang tua berhubungan dengan ketidaktahuan status kesehatan anak.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan Orang tua akan menunjukkan kecemasan berkurang dengan KH
1.      Menunjukkan pengurangan rasa agitasi
2.      Mengajukan pertanyaan yang tepat sehubungan dengan penyakit dan penangananya.

1.      Jelaskan pada orang tua tentang tujuan semua tindakan keperawatan yang dilakukan dan bagaimana tindakan dilakukan


2.      Ijinkan orang tua tetap menemani anak, bergantung pada keadaan anak.









3.      Berikan informasi akurat, konsisten mengenai prognosis.

1.      Dengan mengetahui apa yang akan dilakukan sebelum melaksanakan prosedur dan mengapa prosedur tersebut dilakukan membantu mengurangui kecemasan.
2.      Dengan mengijinkan orang tua untuk menemani anak memberi dukungan emosional pada anak dan mengurangi kecemasan pada anak. Kecemasan orang tua akan berkurang dengan mengijinkan mereka memantau dan berpartisipasi dalam perawatan anak.
3.      Dapat menurunkan ansietas dan memungkinkan pasien membuat keputusan atau pilihan sesuai realita.
3.
Resiko infeksi berhubungan dengan adanya indurasi.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan Anak akan menunjukkan tidak adanya tanda atau gejala infeksi dengan KH :
1.      Suhu tubuh kurang dari 37oC
2.      Tidak ada drainase dari luka (cephal hematom)
3.      Tidak ada tanda-tanda infeksi.
4.      Sel darah putih dalam batas normal sesuai dengan usia
1.   Kaji keadaan indurasi pada anak.

2.   Pantau suhu suhu anak setiap 4 jam

3.   Kaji tanda dan gejala meningitis, termasuk kakuk kuduk, peka rangsang, demam, muntah, dan kejang–kejang.
4.   Ganti balutan indurasi(jika ada) dan gunakan teknik sterilisasi.

1.      Mengidentifikasi adanya infeksi secara dini.
2.      Hipertermi merupakan suatu tanda infeksi.
3.      Meningitis merupakan komplikasi yang mungkin terjadi pada setiap kejadian cephal hematom walaupun jarang.
4.      Teknik steril akan membantu mencegah masuknya bakteri kedalam luka dan mengurangi infeksi.


D.    Implementasi
Implementasi keperawatan merupakan kegiatan yang dilakukan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Selama pelaksanaan kegiatan dapat bersifat mandiri dan kolaboratif. Selama melaksanakan kegiatan perlu diawasi dan dimonitor kemajuan kesehatan klien.

E.     Evaluasi
Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematik dan terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya.







DAFTAR PUSTAKA

Dewi, Vivian Nanny Lia. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Salemba Medika

Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Saifuddin, Majang. 2001, Ilmu Kebidanan : Patologi & Fisiologi Persalinan. Jakarta: Yayasan Esentia Medica

Nur Muslihatun Wafi, 2010.Asuhan Neonatus Bayi dan Balita.Yogyakarta.Fitramaya

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "ASKEP CEPHAL HEMATOMA"

Post a Comment