ASKEP GOUT ARTHRITIS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN ARTHRITIS GOUT
TINJAUAN PUSTAKA
1.
PENGERTIAN
Gout adalah
penyakit metebo lik yang ditandai
dengan penumpukan asam urat yang nyeri pada tulang sendi, sangat sering ditemukan
pada kaki bagia atas,pergelangan dan kaki bagian tengah. (Merkie, Carrie. 2005).
Gout merupakan
kelompok keadaan hetero genous yang berhubungan dengan defek genetic pada
metabolism purin atau hiperuricemia. (Brunner & Suddarth. 2001 ;1 8 1 0).
Artritis
pirai (gout) merupakan suatu sindro m
klinik sebagai depo sit kristal asam
urat di daerah persendian yang
menyebabkan terjadinya serangan inflamasi
akut.
Jadi, Gout atau sering disebut ³asam urat´ adalah suatu
penyakit metabo lik dimana tubuh tidak
dapat mengo ntro l asam urat sehingga terjadi penumpukan asam urat
yang menyebabkan rasa nyeri pada tulang dan sendi.
2. ETIOLOGI
Gout disebabkan oleh adanya kelainan metabolik dalam
pembentukan purin atau ekresi asam urat yang kurang dari ginjal yang menyebakan
hyperuricemia.
Hyperuricemia pada penyakit ini disebabakan oleh : Pembentukan asam urat yang berlebih.
Hyperuricemia pada penyakit ini disebabakan oleh : Pembentukan asam urat yang berlebih.
Gout primer
metabolik disebabkan sistensi langsung yang bertambah. Gout sekunder metabolik
disebabkan pembentukan asam urat berlebih karana penyakit lain, seperti Leukimia
3. KLASIFIKASI
a.
Tahap Asimtomatik
Kadar asam urat darah meningkat tapi tidak menimbulkan gejala. Selanjutnya
encok menyebabkan tekanan darah tinggi atau sakit punggung sakit berat.
Tahap Akut
Serangan akut pertama datang tiba-tiba dan cepat memuncak. Umumnya serangan pertama kali terjadi pada tengah
malam atau menjelang pagi. Serangan itu berupa rasa nyeri yang hebat pada
pangkal ibu jari kaki. Rasa nyeri ini timbul secara mendadak dan didahului oleh
keluhan lain. Rasa nyeri ini begitu hebat sehingga bila bagian yang sakit bila tersentuh
bahkan selimut yang lebmbut pun akan terasa sakit. Rasa nyeri tersebut mencapai
puncaknya dalam waktu 24 jam dan perlahan-lahan akan sembuh spontan dan menghilang
dengan sendirinya dalam waktu dua minggu.
b.
Tahap Interkritikal
Penderita
dapat kembali bergerak normal serta melakukan berbagai aktivitas seperti
olahraga tanopa rasa sakit sama sekali. Kalau rasa nyeri pada serangan pertama
itu hilang bukan bererti penyakit itu sembuh total, biasanya beberapa tahun
kemudian akan ada serangan kedua.
c.
Tahap Kronik
Terjadi bila penyakit diabaiakan sehingga menjadi
akut.
4. PATOFISIOLOGI
Adanya gangguan metabolisme purin dalam tubuh, intake bahan yang mengandung
asam urat tinggi, dan sistem ekskresi asam urat yang tidak adequat akan
menghasilkan akumulasi asam urat yang berlebihan di dalam plasma darah
(Hiperurecemia), sehingga mengakibatkan kristal asam urat menumpuk dalam tubuh.
Penimbunan ini menimbulkan iritasi lokal dan menimbulkan respon inflamasi.
Hiperurecemia merupakan hasil :
·
Meningkatnya produksi
asam urat akibat metabolisme purine abnormal.
·
Menurunnya ekskresi
asam urat.
·
Kombinasi keduanya.
Saat asam urat menjadi bertumpuk dalam darah dan cairan tubuh lain, maka
asam urat tersebut akan mengkristal dan akan membentuk garam-garam urat yang
akan berakumulasi atau menumpuk di jaringan konectiv diseluruh tubuh,
penumpukan ini disebut tofi. Adanya kristal akan memicu respon inflamasi akut
dan netrofil melepaskan lisosomnya. Lisosom tidak hanya merusak jaringan, tapi
juga menyebabkan inflamasi.
Pada penyakit gout akut tidak ada gejala-gejala yang timbul. Serum urat
maningkat tapi tidak akan menimbulkan gejala. Lama kelamaan penyakit ini akan menyebabkan
hipertensi karena adanya penumpukan asam urat pada ginjal.
Serangan akut pertama biasanya sangat sakit dan cepat memuncak. Serangan
ini meliputi hanya satu tulang sendi. Serangan pertama ini sangat nyeri yang
menyebabkan tulang sendi menjadi lunak dan terasa panas, merah. Tulang sendi
metatarsophalangeal biasanya yang paling pertama terinflamasi, kemudian mata
kaki, tumit, lutut, dan tulang sendi pinggang. Kadang-kadang gejalanya disertai
dengan demam ringan. Biasanya berlangsung cepat tetapi cenderung berulang dan
dengan interval yang tidak teratur.
Periode intercritical adalah periode dimana tidak ada gejala selama
serangan gout. Kebanyakan pasien mengalami serangan kedua pada bulan ke-6
sampai 2 tahun setelah serangan pertama. Serangan berikutnya disebut dengan
polyarticular yang tanpa kecuali menyerang tulang sendi kaki maupun lengan yang
biasanya disertai dengan demam. Tahap akhir serangan gout atau gout kronik
ditandai dengan polyarthritis yang berlangsung sakit dengan tofi yang besar pada
kartilago, membrane synovial, tendon dan jaringan halus. Tofi terbentuk di
jari, tangan, lutut, kaki, ulnar, helices pada telinga, tendon achiles dan
organ internal seperti ginjal. Kulit luar mengalami ulcerasi dan mengeluarkan
pengapuran, eksudat yang terdiri dari Kristal asam urat.
5. TANDA DAN GEJALA
Serangan terjadi secara tiba-tiba, terutama
setelah mengonsumsi makanan yang mengandung purin. Sendi yang terserang terasa
nyeri, bengkak, mengilat, berwarna kemerahan, dan panasjika disentuh. Demam,
dingin, lemas, dan jantung berdebar. Pada gout kronis, timbul benjolan (tofus).
Biasanya, terdapat pada daun telinga, ujung siku, lutut, serta punggung tangan
dan kaki.
6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Pemeriksaan laboratorium
Menemukan peningkatan konsentrasi asam urat serum.
Obat golongan salisilat bersifat uricosuric. Mereka menurunkan level serum dan
harus dihindari saat pengambilan sampel darah. Level normal adalah kurang dari
5 mg/dl. Artritis non-gout tidak berespon terhadap kolkisin. Maka pemberian
kolkisin dapat menjadi tes terapeutik. Tofus dapat dibiopsi dan diperiksa
kristal asam uratnya. Pemeriksaan ini mengindikasikan hiperuricemia, akibat
peningkatan produksi asam urat atau gangguan ekskresi.
b. Angka leukosit
Menunjukkan peningkatan yang signifikan mencapai
20.000/mm3 selama serangan akut. Selama periode asimtomatik angka leukosit
masih dalam batas normal yaitu 5000 - 10.000/mm3.
c. Eusinofil Sedimen rate (ESR)
Meningkat selama serangan akut. Peningkatan
kecepatan sedimen rate mengindikasikan proses inflamasi akut, sebagai akibat
deposit asam urat di persendian.
d. Urin spesimen 24 jam
Urin dikumpulkan dan diperiksa untuk menentukan
produksi dan ekskresi dan asam urat. Jumlah normal seorang mengekskresikan 250
- 750 mg/24 jam asam urat di dalam urin. Ketika produksi asam urat meningkat
maka level asam urat urin meningkat. Kadar kurang dari 800 mg/24 jam
mengindikasikan gangguan ekskresi pada pasien dengan peningkatan serum asam
urat.Instruksikan pasien untuk menampung semua urin dengan peses atau tisu
toilet selama waktu pengumpulan. Biasanya diet purin normal direkomendasikan
selama pengumpulan urin meskipun diet bebas purin pada waktu itu diindikasikan.
e. Pemeriksaan radiografi
Dilakukan pada sendi
yang terserang, hasil pemeriksaan akan menunjukkan tidak terdapat perubahan
pada awal penyakit, tetapi setelah penyakit berkembang progresif maka akan
terlihat jelas/area terpukul pada tulang yang berada di bawah sinavial sendi.
f.
Pemeriksaan mikroskopik cairan sendi
Satu mililiter cairan sinovial dimasukkan ke
dalam tube dengan setetes heparin (dari 60 mg heparin dalam 2 ml air distilasi)
dan disentrifugasi. Sedimen ini dilarutkan dengan alkohol absolut dengan cepat
karena kristal asam urat larut dalam air. Lalu periksa sedimentasi dengan
polarizing microscope.
g. Tes Murexide
Beberapa tetes asam nitrat ditambahkan ke dalam
substansi yang akan diperiksa. Campuran ini dikeringkan dengan penguapan, lalu
lembabkan dengan amonium hidroksida. Jika ada asam urat, hasilnya berwarna ungu
(Murexide). Dengan cara ini, material dari tofus atau cairan sendi dapat
diperiksa secara kimia.
7.
KOMPLIKASI
Komplikasi yang sering terjadi
akibat gout arthritis antara lain :
·
Deformitas pada persendian yang terserang
·
Urolitiasis akibat deposit kristal urat pada
saluran kemih
·
Nephrophaty akibat deposit kristal urat dalam
interstisial ginjal
8. PENATALAKSANAAN
Tujuan : untuk mengakhiri
serangan akut secepat mungkin, mencegah serangan berulang, dan pencegahan
komplikasi.
·
Pengobatan serangan akut dengan Colchicine 0,6
mg (pemberian oral), Colchicine 1,0-3,0 mg (dalam NaCl intravena),
phenilbutazone, Indomethacin.
·
Sendi diistirahatkan (imobilisasi pasien)
·
Kompres dingin
·
Diet rendah purin
·
Terapi farmakologi (Analgesic dan
antipiretik)
·
Colchicines (oral/IV) tiap 8 jam sekali untuk
mencegah fagositosis dari Kristal asam urat oleh netrofil sampai nyeri
berkurang.
·
Nonsteroid, obat-obatan anti inflamasi (NSAID)
untuk nyeri dan inflamasi.
·
Allopurinol untuk menekan atau mengontrol
tingkat asam urat dan untuk mencegah serangan.
·
Uricosuric (Probenecid dan Sulfinpyrazone) untuk
meningkatkan ekskresi asam urat dan menghambat akumulasi asam urat (jumlahnya
dibatasi pada pasien dengan gagal ginjal).
·
Terapi pencegahan
dengan meningkatkan ekskresi asam urat menggunakan probenezid 0,5 g/hari atau
sulfinpyrazone (Anturane) pada pasien yang tidak tahan terhadap benemid atau
menurunkan pembentukan asam urat dengan Allopurinol 100 mg 2 kali/hari.
9. PENCEGAHAN
·
Pembatasan purin : Hindari makanan yang
mengandung purin yaitu : Jeroan (jantung, hati, lidah ginjal, usus), Sarden,
Kerang, Ikan herring, Kacang-kacangan, Bayam, Udang, Daun melinjo.
·
Kalori sesuai kebutuhan : Jumlah asupan kalori
harus benar disesuaikan dengan kebutuhan tubuh berdasarkan pada tinggi dan
berat badan. Penderita gangguan asam urat yang kelebihan berat badan, berat
badannya harus diturunkan dengan tetap memperhatikan jumlah konsumsi kalori.
Asupan kalori yang terlalu sedikit juga bisa meningkatkan kadar asam urat
karena adanya badan keton yang akan mengurangi pengeluaran asam urat melalui
urine.
·
Tinggi karbohidrat :
Karbohidrat kompleks seperti nasi, singkong, roti dan ubi sangat baik
dikonsumsi oleh penderita gangguan asam urat karena akan meningkatkan
pengeluaran asam urat melalui urine.
·
Rendah protein : Protein terutama yang berasal dari
hewan dapat meningkatkan kadar asam urat dalam darah. Sumber makanan yang
mengandung protein hewani dalam jumlah yang tinggi, misalnya hati, ginjal,
otak, paru dan limpa.
·
Rendah lemak : Lemak dapat menghambat ekskresi
asam urat melalui urin. Makanan yang digoreng, bersantan, serta margarine dan
mentega sebaiknya dihindari. Konsumsi lemak sebaiknya sebanyak 15 persen dari
total kalori.
·
Tinggi cairan : Selain dari minuman, cairan bisa
diperoleh melalui buah-buahan segar yang mengandung banyak air. Buah-buahan
yang disarankan adalah semangka, melon, blewah, nanas, belimbing manis, dan
jambu air. Selain buah-buahan tersebut, buah-buahan yang lain juga boleh
dikonsumsi karena buah-buahan sangat sedikit mengandung purin. Buah-buahan yang
sebaiknya dihindari adalah alpukat dan durian, karena keduanya mempunyai
kandungan lemak yang tinggi.
·
Tanpa alkohol :
Berdasarkan penelitian diketahui bahwa kadar asam urat mereka yang mengonsumsi
alkohol lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak mengonsumsi alkohol. Hal ini adalah karena alkohol akan meningkatkan
asam laktat plasma. Asam laktat ini akan menghambat pengeluaran asam urat dari
tubuh.
ASKEP KLIEN DENGAN ARTHRITIS GOUT
A.
Pengkajian
Pengumpulan data klien, baik
subjektif ataupun objektif melalui anamnesis riwayat penyakit, pengkajian
psikososial, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan diagnostik.
1.
Anamnesis
a. Identitas
Meliputi nama, jenis jenis kelamin ( lebih
sering pada pria daripada wanita ), usia ( terutama pada usia 30- 40), alamat,
agama, bahasa yang digunakan, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan,
asuransi kesehatan, golongan darah, nomor register, tanggal masuk rumah sakit,
dan diagnosis medis.
Pada umumnya keluhan utama pada kasus gout adalah nyeri pada sendi
metatarsofalangeal ibu jari kaki kemudian serangan bersifat poli – artikular.
Gout biasanya mengenai satu atau beberapa sendi. Untuk memeperoleh pengkajian
yang lengkap tentang nyeri klien, perawat dapat menggunakan metode PQRST.
·
Provoking Incident : hal yang menjadi factor
presipitasi nyeri adalah gangguan metabolism puroin yang ditandai dengan
hiperurisemia dan serangan sinovitis akut berulang.
·
Quality of pain: nyeri yang dirasakan bersifat
menusuk.
·
Region, Radiation, Relief: Nyeri pada sendi
metatarsofalangeal ibu jari kaki.
·
Severity (Scale) of pain: Nyeri yangdirasakan
antara 1-3 pada rentang pengukuran 0-4. Tidak ada hubungan antara beratnya
nyeri dan luas kerusakan yang terlihat pada pemeriksaan radiologi.
·
Time: Berapa lama nyeri berlangsung, kapan,
apakah bertambah buruk pada malam hari atau siang hari.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pengumpulan data dilakukan sejak munculnya
keluhan dan secara umum mencakup awitan gejala dan bagaimana gejala tersebut
berkembang. Penting ditanyakan berapa lama pemakaian obat analgesic,
alopurinol.
c. Riwayat Penyakit dahulu
Pada pengkajian ini, ditemukan kemungkinan
penyebab yang mendukung terjadinya gout (mis: penyakit gagal ginjal kronis, leukemia,
hiperparatiroidisme). Masalah lain yang perlu ditanyakan adalah pernahkah klien
dirawat dengan masalah yang sama. Kaji adanya pemakaian alcohol yang
berlebihan, penggunaan obat diuretik.
d. Riwayat penyakit keluarga
Kaji adanya keluarga dari generasi terdahulu
yang mempunyai keluhan yang sama dengan klien karena klien gout dipengaruhi
oleh factor genetic. Ada produksi/ sekresi asam urat yang berlebihan dan tidak
diketahui penyebabnya.
e. Riwayat psikososial
Kaji respon emosi klien terhadap penyakit yang
dideritanya dan peran klien dalam keluarga dan masyarakat. Respons didapat
meliputi adanya kecemasan individu dengan rentang variasi tingkat kecemasan
yang berbeda dan berhubungan erat dengan adanya sensasi nyeri, hambatan
mobilitas fisik akibat respon nyeri, dan ketidaktahuan akan program pengobatan
dan prognosis penyakit dan peningkatan asam urat pada sirkulasi. Adanya
perubahan peran dalam keluarga akibat adanya nyeri dan hambatan mobilitas fisik
memberikan respon trhadap konsep diri yang maladaptif.
2.
Pemeriksaan fisik dibagi menjadi dua yaitu
pemeriksaan umum dan pemeriksaan setempat.
a.
B1 (Breathing)
Inspeksi: bila tidak
melibatkan system pernafasan, biasanya ditemukan kesimetrisan rongga dada,
klien tidak sesak nafas, tidak ada penggunaan otot bantu pernafasan.
Palpasi : Taktil fremitus seimbang kanan dan
kiri.
Perkusi : Suara resonan pada seluruh lapang
paru.
Auskultasi : Suara nafashilang/ melemah pada sisi yang sakit, biasanya
didapatkan suara ronki atau mengi.
b. B2 (Blood)
Pengisian kapiler kurang dari 1 detik, sering
ditemukan keringat dingin dan pusing karena nyeri. Suara S1 dan S2 tunggal.
c. B3(Brain)
·
Kepala dan wajah
|
:
|
Ada sianosis.
|
·
Mata
|
:
|
Sklera biasanya tidak ikterik, konjungtiva anemis pada kasus efusi pleura
hemoragi kronis.
|
·
Leher
|
::
|
Biasanya JVP dalam batas normal.
|
d. B4 (Bladder)
Produksi urine biasanya
dalam batas normal dan tidak ada keluhan pada system perkemihan, kecuali
penyakit gout sudah mengalami komplikasi ke ginjal berupa pielonefritis, batu
asam urat, dan gagal ginjal kronik yang akan menimbulkan perubahan fungsi pada system
ini.
e. B5 (Bowel)
Kebutuhan elimknasi pada kasus gout tidak ada
gangguan, tetapi tetap perlu dikaji frekuensi, konsistensi, warna, serta bau
feses. Selain itu, perlu dikaji frekuensi, kepekatan, warna, bau, dan jumlah
urine. Klien biasanya mual, mengalami nyeri lambung. Dan tidak nafsu makan,
terutama klien yang memakan obat alnagesik dan antihiperurisemia.
f.
B6 ( Bone ). Pada pengkajian ini di temukan:
·
Look. Keluhan nyeri sendi yang merypoakan
keluhan utama yang mendorong klien mencari pertolongan (meskipun mungkin
sebelumnya sendi sudah kaku dan berubah bentuknya). Nyeri biasanya bertambah
dengan gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat. Beberapa gerakan
tertentu kadang menimbulkan nyeri yang lebih dibandingkan dengan
gerakan yang lain. Deformitas sendi (pembentukan tofus) terjadi dengan temuan
salah satu sendi pergelangan kaki secara perlahan membesar.
·
Feel. Ada nyeri tekan pda sendi kaki yang
membengkak.
·
Move. Hambatan gerak sendi biasanya seamkin
bertambah berat. Pemeriksaan diasnostik. Gambaran radiologis pada stadium dini
terlihat perubahan yang berarti dan mungkin terlihat osteoporosis yang ringan.
Pada kasus lebih lanju, terlhat erosi tulang seperti lubang-lubang kecil (punch
out).
B.
Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri sendi b. d peradangan
sendi, penimbunan kristal pada membrane sinovia, tulang rawan artikular, erosi
tulang rawan, prolifera sinovia dan pembentukan panus.
2. Hambatan mobilisasi fisik
b. d penurunaan rentang gerak, kelemahan otot, pada gerakan, dan kekakuan pada
sendi kaki sekunder akibat erosi tulang rawan, proloferasi sinovia, dan
pembentukan panus.
3. Gangguan citra diri b. d
perubahan bentuk kaki dan terbenuknya tofus.
4. Perubahan pola tidur
b.d nyeri.
C.
Intervensi dan Implementasi Keperawatan
Dk. I : Nyeri sendi b. d peradangan sendi,
penimbunan Kristal pada membrane sinovia, tulang rawan arikular, erosi tulang
rawan, prolifera sinovia dan pembentukan panus.
Tujuan keperawatan : Nyeri
berkurang, hilang, teratasi.
Kriteria hasil
:
·
Klien melaporkan penelusuran nyeri.
·
menunjukan perilaku yang lebiih rileks.
·
memperagakan keterampilan reduksi nyeri.
·
Skala nyeri 0 – 1 atau teratasi.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
MANDIRI
Kaji lokasi, intensitas,an tipe nyeri. Observasi kemajuan nyeri
ke daerah yang baru. Kaji nyeri dengan skala0 – 4.
Bantu klien dalam mengidentifikasi factor pencetus.
Jelaskan dan bantu klien terkait dengan tindakan pereda nyeri
nonfamakologi dan non – invasif.
Ajarkan relaksasi: teknik terkait ketegangan otot rangka yang
dapat mengurangi intensitas nyeri.
Ajarkan metode distraksi selama nyeri akut.
Tingkatkan pengetahuaan tentang penyebab nyeri dan hubungan
dengan berapa lama nyeri akan berlangsung.
Hindarkan klien meminum alcohol, kafein, dan obat diuretik.
KOLABORASI
Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian alopurinol
|
Nyeri merupakan respon subjektif yangbdapat dikaji dengan
menggunakan skala nyeri. Klien melaporkan nyeri biasanya di atas tingkat
cedera.
Nyeri dipengaruhi oleh kecemasan dan peradangan pada sendi.
Pendekatan dengan menggunakan relaksasi dan farmakologilain
menunjukan keefektifan dalam mengurangi nyeri.
Akan melancarkan peredaran darah sehingga kebutuhan oksigen pada
jaringan terpenuhi dan mengurangi nyeri.
Mengalikan perhatian klien terhadap nyeri ke hal yang
menyenangkan.
pegetahuan tersebut membatu mengurangi nyeri dan dapat
menbatumeningkatkan kepatuhan klien terhadap rencana terapeutik
pemakaian alkohol, kafein, dan obat-obatan diuretik akan menambah peningkatan kadar asam urat dalam serum.
Alopurinol menghambat biosentesis asam urat sehingga menurunkan
kadar asam urat serum.
|
Dk. II : Hambatan mobilisasi fisik b. d
penurunaan rentang gerak, kelemahan otot, pada gerakan, dan kekakuan pada sendi
kaki sekunder akibat erosi tulang rawan, proloferasi sinovia, dan pembentukan
panus.
Tujuan keperawatan : klien mampu melaksanakan
aktifitas fisik sesuai dengan kemampuannya.
Kreteria hasil :
·
klien ikut dalam program latihan
·
tidak mengalami kontraktur sendi
·
kekuatan otot bertambah
·
klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan
mobilitas dan mempertahankan koordinasi optimal.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
MANDIRI
Kaji mobilitas yang ada dan observasi adanya peningkatan
kerusakan.
Ajarkan klien melakukan latihan gerak aktif pada ekstermitas yang
tidak sakit.
Bantu klien melakukan latihan ROM dan perawatan diri sesuai
toleransi.
Pantau kemajuan dan perkembangan kemamapuan klien dalam melakukan
aktifitas
KOLABORASI
Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk latihan fisik klien.
|
Mengetahui tingkat kemampuan klien dalam melakukan aktifitas.
Gerakan aktif memberi masa tonus, dan kekuatan otot, serta
memperbaiki fungsi jantung dan pernafasan.
Untuk mempertahankan fleksibilitas sendi sesuai kemampauan.
Untuk mendeteksi perkembangan klien.
Kemampuan mobilisasi ekstermitas dapat ditingkatkan dengan
latihan fisik dari tim fisioterapi.
|
Dk. III : Gangguan citra diri b. d perubahan
bentuk kaki dan terbenuknya tofus.
Tujuan perawatan : Citra diri klien
meningkat
Kriteria
hasil
:
·
Klien mampu mengatakan atau mengkomunikasikan
dengan orang terdekat tentang situasi dan perubahan yang terjadi
·
mampu menyatakan penerimaan diri terhadap
situasi
·
mengakui dan menggabungkan perubhan dalam konsep
diri dengan cara yang akurat tanpa merasakan harga dirinya negatif.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
MANDIRI
Kaji perubhan
perspsi dan hubungannya dengan derajat kletidak mampuan.
Ingantkan
kembali realitas bahwa masih dapat menggunakan sisi yang sakit dan belajar
mengontrol sisi yang sehat.
Bantu dan
ajurkan perawatan yang baik dan memperbaiki kebiasaan.
Anjurkan
orang terdekat untuk mengizinkan klien melakukan sebanyak mungkin hal untuk
dirinya.
Bersama klien
mencari alternatif koping yang positif.
Dukung
prilaku atau usaha peningkata minat atau partisipasi dalam aktifitas
rehabilitasi.
KOLABORASI
§
Kolaborasi
denagn ahli neuropsikologi dan konseling bila da indikasi .
|
Menetukan
bantuan individual dalm menyusun rencana perawatan atau pemilihan intervensi
Membantu
klien melihat bahwa peraat menerima kedua bagian dari seluruh tubuh dan
mulai menerima situasi baru.
Membantu
meningkatkan perasaan harga diri dan mengontrol lebih dari satu area
kehidupan.
Menghidupkan
kembali perasaan mandiri dn membatu perkemabangan harga diri serta
memengaruhi proses rehabilitasi.
Dukungan
perawat kepada klien dapat meningkat kan rasa percaya diri klien.
Klien dapat
beradaptasi terhadap perubahan dan memahami peran individu dimasa mendatang.
Dapat
memfasilitasi perubahan peran yang penting untuk perkembangan perasaan.
|
DK IV : Perubahan Pola Tidur
b/d Nyeri.
Kriteria Hasil : Klien dapat
memenuhi kebutuhan istirahat dan tidur.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Tentukan
kebiasaan tidurnya dan perubahan saat tidur.
Buat rutinitas
tidur baru yang dimasukkan dalam pola lama dan lingkungan baru.
Tingkatkan
regimen kenyamanan waktu tidur, misalnya mandi hangat dan massage.
Gunakan pagar
tempat tidur sesuai indikasi ; rendahkan tempat tidur jika
memungkinkan.
Kolaborasi
dalam pemberian obat sedative, hipnotik sesuai dengan indikasi.
|
Mengkaji pola tidurnya dan
mengidentifikasi intervensi yang tepat.
Bila rutinitas
baru mengandung aspek sebanyak kebiasaan lama, stress dan ansietas yang
berhubungan dapat berkurang
Membantu menginduksi tidur
Dapat merasakan
takut jatuh karena perubahan ukuran dan tinggi tempat tidur, memberikan
kenyamanan pagar tempat untuk membantu mengubah posisi.
Tidur tanpa gangguan
lebih menim- bulkan rasa segar, dan
pasien mungkin tidak mampu untuk kembali ke tempat tidur bila terbangun.
Di berikan untuk membantu pasien tidur
atau istirahat.
|
D. Evaluasi Keperawatan
Hasil akhir yang diharapkan pada asuhan
keperawatan klien gout adalah sebagai berikut:
1) Nyeri berkurang atau terjadi
perbaikan tingkat kenyamanan.
2) Meningkatkan atau mempertahankan
tingkat mobilitas.
3) Mengalami perbaikan citra diri.
4) Kebutuhan istirahat dan tidur
terpenuhi.
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, SC
& Bare, BG, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth, Edisi 8 Vol 2, EGC, Jakarta.
Mansjoer
, Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ke 3. Jakarta : Media
Aeusculapius.
Prince, Sylvia
Anderson, 1999., Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.,
Ed. 4, EGC, Jakarta.
0 Response to "ASKEP GOUT ARTHRITIS"
Post a Comment