ASKEP GAGAL GINJAL KRONIK
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK
TINJAUAN TEORI
A. DEFINISI
Gagal ginjal kronik merupakan kegagalan fungsi ginjal (unit nefron)
yang berlangsung perlahan-lahan, karena penyebab yang berlangsung lama dan
menetap , yang mengakibatkan penumpukan sisa metabolit (Toksik uremik)
sehingga ginjal tidak dapat memenuhi kebutuhan biasa lagi dan menimbulkan
gejala sakit.
B. ETIOLOGI
Penyebab dari gagal ginjal kronik antara lain :
Infeksi, Penyakit peradangan, Penyakit vaskuler hipersensitif,
Gangguan jaringan penyambung, Gangguan kongenital dan herediter, Gangguan
metabolisme, Nefropatik toksik, Nefropati obstruksi
Faktor-faktor predisposisi timbulnya infeksi traktus urinarius:
Obstruksi aliran urine, Seks/usia, Kehamilan, Refleks
vesikoureteral, Instrumentasi (kateter yang dibiarkan di dalam), Penyakit
ginjal, Gangguan metabolisme.
C. PATOFISIOLOGI
Gagal ginjal kronik terjadi setelah sejumlah keadaan yang
menghancurkan masa nefron ginjal. Keadaan ini mencakup penyakit parenkim ginjal
difus bilateral, juga lesi obstruksi pada traktus urinarius.
Mula-mula terjadi beberapa serangan penyakit ginjal terutama
menyerang glomerulus (Glumerolunepritis), yang menyerang tubulus gijal
(Pyelonepritis atau penakit polikistik) dan yang mengganggu perfusi fungsi
darah pada parenkim ginjal (nefrosklerosis).
Kegagalan ginjal ini bisa terjadi karena serangan penyakit dengan
stadium yang berbeda-beda
1. Stadium I
Penurunan cadangan ginjal.
Selama stadium
ini kreatinine serum dan kadar BUN normal dan pasien asimtomatik. Homeostsis
terpelihara. Tidak ada keluhan. Cadangan ginjal residu 40 % dari normal.
2. Stadium II
Insufisiensi Ginjal
Penurunan kemampuan memelihara homeotasis, Azotemia ringan,
anemi. Tidak mampu memekatkan urine dan menyimpan air, Fungsi ginjal residu
15-40 % dari normal, GFR menurun menjadi 20 ml/menit. (normal : 100-120
ml/menit). Lebih dari 75 % jaringan yang
berfungsi telah rusak (GFR besarnya 25% dari normal), kadar BUN meningkat,
kreatinine serum meningkat melebihi
kadar normal. Dan gejala yang timbul nokturia dan poliuria (akibat kegagalan
pemekatan urine)
3. Stadium III
Payah ginjal stadium akhir
Kerusakan massa nefron sekitar 90% (nilai GFR 10% dari normal). BUN
meningkat, klieren kreatinin 5- 10 ml/menit. Pasien oliguria. Gejala lebih
parah karena ginjal tak sanggup lagi mempertahankan homeostasis cairan dan
elektrolit dalam tubuh. Azotemia dan anemia lebih berat, Nokturia, Gangguan
cairan dan elektrolit, kesulitan dalam beraktivitas.
4. Stadium IV
Tidak terjadi
homeotasis, Keluhan pada semua sistem, Fungsi ginjal residu kurang dari 5 %
dari normal.
D. PENATALAKSANAAN
Pada umunya keadaan sudah sedemikian
rupa sehingga etiologi tidak dapat diobati lagi. Usaha harus ditujukan untuk
mengurangi gejala, mencegah kerusakan/pemburukan faal ginjal yang terdiri :
1.
Pengaturan minum
Pengaturan minum dasarnya adalah
memberikan cairan sedemikian rupa sehingga dicapai diurisis maksimal. Bila
cairan tidak dapat diberikan per oral maka diberikan perparenteral. Pemberian yang berlebihan dapat menimbulkan
penumpukan di dalam rongga badan dan dapat membahayakan seperti hipervolemia
yang sangat sulit diatasi.
2.
Pengendalian hipertensi
Tekanan darah sedapat mungkin harus dikendalikan.
Pendapat bahwa penurunan tekanan darah selalu memperburuk faal ginjal, tidak
benar. Dengan obat tertentu tekanan darah dapat diturunkan tanpa mengurangi
faal ginjal, misalnya dengan beta bloker, alpa metildopa, vasodilator.
Mengurangi intake garam dalam rangka ini harus hati-hati karena tidak semua
renal failure disertai retensi Natrium.
3.
Pengendalian K dalam darah
Mengendalikan K darah sangat
penting, karena peninggian K dapat menimbulkan kematian mendadak. Yang pertama
harus diingat ialah jangan menimbulkan hiperkalemia karena tindakan kita
sendiri seperti obat-obatan, diet buah,dan lain-lain. Selain dengan pemeriksaan
darah, hiperkalemia juga dapat didiagnosa dengan EEG, dan EKG. Bila terjadi
hiperkalemia maka pengobatannya dengan
mengurangi intake K, pemberian Na Bikarbonat, dan pemberian infus glukosa.
4.
Penanggulangan Anemia
Anemia merupakan masalah yang sulit
ditanggulangi pada CRF. Usaha pertama harus ditujukan mengatasi faktor
defisiensi, kemudian mencari apakah ada perdarahan yang mungkin dapat diatasi.
Pengendalian gagal ginjal pada keseluruhan akan dapat meninggikan Hb. Transfusi
darah hanya dapat diberikan bila ada indikasi yang kuat, misalnya ada
insufisiensi koroner.
5.
Penanggulangan asidosis
Pada umumnya asidosis baru bergejala
pada taraf lebih lanjut. Sebelum memberi pengobatan yang khusus faktor lain
harus diatasi dulu, khususnya dehidrasi. Pemberian asam melalui makanan dan
obat-obatan harus dihindari. Natrium bikarbonat dapat diberikan per oral atau
parenteral. Pada permulaan 100 mEq natrium bikarbonat diberi intravena
perlahan-lahan. kalau perlu diulang. Hemodialisis dan dialisis peritoneal dapat
juga mengatasi asidosis.
6.
Pengobatan dan pencegahan infeksi
Ginjal yang sakit lebih mudah
mengalami infeksi dari pada biasanya. Pasien CRF dapat ditumpangi pyelonefritis
di atas penyakit dasarnya. Adanya pyelonepritis ini tentu memperburuk lagi faal
ginjal. Obat-obat anti mikroba diberi bila ada bakteriuria dengan perhatian
khusus karena banyak diantara obat-obat yang toksik terhadap ginjal atau keluar
melalui ginjal. Tindakan yang mempengaruhi saluran kencing seperti kateterisasi
sedapat mungkin harus dihindarkan. Infeksi ditempat lain secara tidak langsung
dapat pula menimbulkan permasalahan yang sama dan pengurangan faal ginjal.
7.
Pengurangan protein dalam makanan
Protein dalam makanan harus diatur.
Pada dasarnya jumlah protein dalam makanan dikurangi, tetapi tindakan ini jauh
lebih menolong juga bila protein tersebut dipilih.
Diet dengan rendah protein yang mengandung asam amino esensial,
sangat menolong bahkan dapat dipergunakan pada pasien CRF terminal untuk
mengurangi jumlah dialisis.
8.
Pengobatan neuropati
Neuropati timbul pada keadaan yang
lebih lanjut. Biasanya neuropati ini
sukar diatasi dan merupakan salah satu indikasi untuk dialisis. Pada
pasien yang sudah dialisispun neuropati masih dapat timbul.
9.
Dialisis
Dasar dialisis adalah adanya darah
yang mengalir dibatasi selaput semi permiabel dengan suatu cairan (cairan
dialisis) yang dibuat sedemikiam rupa sehingga komposisi elektrolitnya sama
dengan darah normal. Dengan demikian diharapkan bahwa zat-zat yang tidak
diinginkan dari dalam darah akan berpindah ke cairan dialisis dan kalau perlu
air juga dapat ditarik kecairan dialisis. Tindakan dialisis ada dua macam yaitu
hemodialisis dan peritoneal dialisis yang merupakan tindakan pengganti fungsi faal ginjal
sementara yaitu faal pengeluaran/sekresi, sedangkan fungsi endokrinnya tidak
ditanggulangi.
10. Transplantasi
Dengan pencangkokkan ginjal yang
sehat ke pembuluh darah pasien CRF maka seluruh faal ginjal diganti oleh ginjal
yang baru. Ginjal yang sesuai harus memenuhi beberapa persaratan, dan
persyaratan yang utama adalah bahwa ginjal tersebut diambil dari orang/mayat
yang ditinjau dari segi imunologik sama dengan pasien. Pemilihan dari segi
imunologik ini terutama dengan pemeriksaan HLA .
ASUHAN
KEPERAWATAN
A.
PENGKAJIAN
Pada dasarnya
pengkajian yang dilakukan menganut konsep perawatan secara holistic. Pengkajian
dilakukan secara menyeluruh dan berkesinambungan. Pada kasus ini akan dibahas khusus hal – hal
sebagai berikut :
1.
Ginjal
(Renal)
Data – data yang ditemukan :
Oliguria (produksi urine kurang dari 400 cc/ 24jam), Anuria
(Produksi urine kurang dari 100 cc / 24
Jam), Infeksi (WBCs ,
Bacterimia), Sediment urine mengandung : RBCs , granular, hialyn.
2.
Cardiovaskuler
Data – data yang ditemukan
Edema, Hipertensi, Anemia
(Normochromik, Normositik), CHF (Gagal Jantung Kongestif), Pericarditis,
Dysrhytmias, Cardiomegali, Athreslerosis.
3.
Dermatologic
:
Data – data yang ditemukan
Pruritis, Excoriations
4.
Electrolit
Kemungkinan data yang ditemukan :
Kalium , hydrogen, Natrium, Phosfat, Magnesium : Meningkat sedangkan Bicarbonat dan calcium menurun.
5.
Gastrointestinal
Data - data yang ditemukan :
Anorexia ( Nafsu makan berkurang / tidak ada), Mual, Muntah,
Stomatitis, Gingivitis, Stomatitis, Nafas bau ureum, Metalick taste (Rasa
pengecapan seperti logam), Hematemesisi dan melena, Diare atau konstipasi,
Osephagitis, Gastritis
6.
Metabolick
Data – data yang ditemukan :
Peningkatan BUN dan serum kreatinin, Peningkatan asam urat,
Intoleransi karbohidrat dan gangguan toleransi glukosa, Gangguan pemecahan
insulin, Hypertriglyceridemia, Acidosis, Tetany
7.
Neurologic
Data – data yang ditemukan :
Perubahan dalam fungsi berpikir dan perilaku, Gangguan tingkat
kesadaran, Neuropathy perifer, Noctural leg cramping (Kram kaki pada malam
hari), Apathy, lethargi, fatique, sakit kepala dan insomnia.
8.
Mata
(Ocular
Data – data yang ditemukan :
Perubahan retina : Mata merah (hypertensi)
9.
Reproductive
Data – data yang ditemukan :
Infertility, Impotensi, Amenorhoe, Menurunnya libido, Gynecomastia
10.
Respiratory
Data - data yang ditemukan :
Pernapasan kusmaul, Apneu, Edema pulmonal, Pneumonia, Effusi
pleura, Hiperventilasi
11.
Skeletal
Data – data yang ditemukan :
Fracture, Nyeri tulang, Peningkatan alkaline phospatase, Nyeri
sendi, Renal osthedistropy
B.
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1.
Gangguan
perfusi jaringan renal sehubungan dengan kerusakan nepron
sehingga tidak mampu mengeluarkan sisa metabolisme
Data Subyektif : None
Data
Obyektif : Oliguria, Anuria, acidosis
dengan peningkatan serum hydrogen dan kalium, penurunan pH dan bicarbonat, Anemia , Peningkatan : BUN, serum
kreatinin, Penurunan Calcium dan peningkatan phosfat serta magnesium.
2.
Kelebihan
volume cairan sehubungan dengan ketidakmampuan ginjal mengeskkresi air dan
natrium
Data Subyektif : None
Data
Obyektif : Hypertensi , Ascites, oedema
presacral dan pretibial, gangguan bunyi napas (Cracles), tachicardi, penambahan
BB, orthopneu, Peningkatan tekanan vena sentral dan PAWP, Distensi vena
jugular, Positif refleks hepatojugular
3.
Gangguan
Nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh sehubungan dengan pembatasan intake
(Diit) dan effect uremia yang mengakibatkan malnutrisi protein – calori.
Data Subyektif : Pasien melaporkan : Anorexsia, Nausea, lemah,
lelah, metalck taste,
Data
Obyektif : Muntah, Diare, hematemesis, Napas bau ureum, stomatitis, gingivitis, kehilangan BB.
4.
Potensial
Infeksi sehubungan dengan penekanan sistim imun akibat uremia.
Data Subyektif : None
Data
Obyektif : Adanya tanda – yanda
infeksi, Demam, mengigil, peningkatan WBC, Culture urine, darah dan sputum positif adanya agent infeksi .
5.
Resiko
tinggi terjadinya kerusakan integritas kulit sehubungan dengan efek uremia.
Data Subyektif : Pasien mengeluh gatal – gatal.
Data
Obyektif : Excrosiasi pada kulit,
petechie, purpura, kulit kering .
6.
Resiko
Tinggi terjadinya gangguan persepsi / sensori, gangguan proses pikir sehubungan
dengan abnormalitasnya zat – zat kimia
dalam tubuh yang dihubungakan dengan uremia.
Data Subyektif :
Pasien melaporkan kesulitan untuk berkonsentrasi, sering lupa,
gangguan tidur dan emosi yang labil (mudah tersinggung)
Data
Obyektif : Disorientasi terhadap waktu, tempat dan
orang, perubahan perilaku, apathy, marah, gangguan pola tidur, perubahan
tingkat kesadaran.
7.
Ketidakmampuan
merawat diri sendiri sehubungan kelemahan fisik.
Data Subyektif : Pasien mengeluh lemah, letih dan lesuh
Data
Obyektif : Penampilan secara umum
menurun.
8.
Resiko
tinggi dytsfungsi seksual sehubungan dengan efek uremia
Data Subyektif :
Pasien melaporkan adanya penurunan libdo, impotensi dan kesulitan untuk
ereksi
Data
Obyektif : Gangguan menstrusi,
gynecomastia
9.
Resiko
gangguan gambaran diri sehubungan dengan permanentnya gangguan fungsi ginjal.
Data Subyektif : Ekspresi tidak percaya, Cemas, mudah
tersinggung
Data Obyektif : Perubahan
interaksi social, perlaku marah / agresif
C.
INTERVENSI / IMPLEMENTASI
1.
Diagnosa
Keperawatan : Gangguan perfusi jaringan renal sehubungan dengan
kerusakan nepron sehingga tidak mampu mengeluarkan sisa metabolisme
1) Kaji
Perubahan EKG, Respirasi (Kecepatan dan kedalamannya) serta tanda – tanda
chvostek”s dan Trousseau”s.
Rasional
: Tingginya gelombang T, Panjangnya interval PR dan Lebarnya kompleks QRS
dihubungkan dengan serum Kalium ; Pernapasan kusmaul dihubungkan dengan
acidosis, kejang yang mungkin terjadi dihubungkan dengan rendahnya calsium.
2)
Monitor
data-data laboratorium : Serum pH, Hidrogen, Potasium, bicarbonat, calsium
magnesium, Hb, HT, BUN dan serum kreatinin.
Rasional : Nilai laboratorium
merupakan indikasi kegagalan ginjal
untuk mengeluarkan sisa metabolit dan kemunduran fungsi sekretori ginjal.
3)
Jangan
berikan obat – obat Nephrothoxic.
Rasional : Obat – obat nephrotoxic
akan memperburuk keadaan ginjal
4)
Berikan
pengobatan sesuai pesanan / permintaan dokter dan kaji respon terhadap
pengobatan.
Rasional : Dosis obat mungkin
berkurang dan intervalnya menjadi lebih lama. Monitor respon terhadap
pengobatan untuk menentukan efektivitas obat yang diberikan dan kemungkinan timbulnya efek samping obat.
2. Kelebihan volume cairan
sehubungan dengan ketidakmampuan ginjal mengeskkresi air dan natrium
1)
Timbang
berat badan pasien setiap hari, Ukur intake dan output tiap 24 jam, Ukur
tekanan darah (posisi duduk dan berdiri), kaji nadi dan pernapasan (Termasuk
bunyi napas) tiap 6-8 jam, Kaji status mental, Monitor oedema, distensi vena
jugularis, refleks hepato jugular, Ukur CVP dan PAWP.
Rasional : Untuk mengidentifikasi status gangguan cairan dan
elektrolit.
2)
Monitor
data laboratorium : Serum Natrium, Kalium, Clorida dan bicarbonat.
Rasional : Untuk mengidentifikasikan acumulasinya elektrolit.
3)
Monitor
ECG
Rasional : Peningkatan atau
penurunan Kalium dihubungkan dengan
disthrithmia. Hipokalemia bisa terjadi akibat pemberian diuretic.
4)
Berikan
cairan sesuai indikasi
Rasional : Untuk mencegah kemungkinan terjadinya dehidrasi sel.
5)
Berikan
Diuretic sesuai pesanan dan monitor terhadap responnya.
Rasional : Untuk menentukkan efek
dari pengobatan dan observasi tehadap efek samping yang mungkin timbul seperti
: Hipokalemia dll.
3.
Gangguan
Nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh sehubungan dengan pembatasan intake
(Diit) dan effect uremia yang
mengakibatkan malnutrisi protein – calori.
1)
Kaji
terhadap adanya Mual, muntah dan anorexia.
Rasional : Keadaan – keadaan seperti
ini akan meningkat kehilangan kebutuhan nutrisi.
2)
Monitor
intake makanan dan perubahan berat badan ; Monitor data laboratorium : Serum
protein, Lemak, Kalium dan natrium.
Rasional : Untuk menentukkan diet yang tepat bagi pasien.
3)
Berikan
makanan sesuai diet yang dianjurkan dan modifikasi sesuai kesukaan Klien.
Rasional : Meningkatkan kebuthan
Nutrisi klien sesuai diet .
4)
Bantu
atau anjurkan pasien untuk melakukan
oral hygiene sebelum makan.
Rasional : Menghilangkan rasa tidak enak dalam mulut sebelum makan.
5)
Berikan
antiemetik dan monitor responya.
Rasional : Untuk mengevaluasi
kemungkinan efek sampingnya.
6)
Kolaborasi
denga ahli diet untuk pemberian diit yang tepat bagi pasien.
Rasional : Kerjasama dengan profesi lain akan meningkatan hasil
kerja yang baik. Pasien dengan GGK butuh diit yang tepat untuk perbaikan
keadaan dan fungsi ginjalnya.
4.
Potensial
Infeksi sehubungan dengan penekanan sistim imun akibat uremia.
1)
Kaji
terhadap adanya tanda- tanda infeksi.
Rasional : Untuk mendeteksi lebih awal adanya infeksi.
2)
Monitor
temperatur tiap 4 – 6 jam : Monitor data laboratorium : WBC : Darah, Urine,
culture sputum. Monitor serum Kalium.
Rasional :
Uremia mungkin terselubung dan biasanya diikuti dengan peningkatan temperatur
dicurigai adanya infeksi. Status hipermetabolisme seperti adanya infeksi dapat menyebabkan peningkatan serum kalsium.
3)
Pertahankan
tekhnik antiseptik selama perawatan dan patulah selalu universal precaution.
Rasional : Mencegah terjadinya infeksi.
4)
Pertahankan
kebersihan diri, status nutrisi yang adekuat dan istirahat yang cukup.
Kebiasaan hidup yang sehat membantu mencegah infeksi.
5.
Resiko
tinggi terjadinya kerusakan integritas kulit sehubungan dengan efek uremia.
1)
Kaji
terhadap kekeringan kulit, Pruritis, Excoriations dan infeksi.
Rasional : Perubahan mungkin disebabkan oleh penurunan
aktivitas kelenjar keringat atau pengumpulan kalsius dan phospat pada lapiran
cutaneus.
2)
Kaji
terhadap adanya petechie dan purpura.
Rasional : Perdarahan yang abnormal
sering dihubungkan dengan penurunan jumlah dan fungsi platelet akibat uremia.
3)
Monitor
Lipatan kulit dan area yang oedema.
Rasional : Area- area ini sangat mudah terjadinya injuri.
4)
Lakukan
perawat kulit secara benar.
Rasional : Untuk mencegah injuri dan infeksi
5)
Berikan
pengobatan antipruritis sesuai pesanan.
Rasional : Amengurangi pruritis.
6)
Gunting
kuku dan pertahankan kuku terpotong pendek dan bersih.
Rasional : Untuk mencegah injuri akibat garukan dan infeksi.
6.
Resiko
Tinggi terjadinya gangguan persepsi / sensori, gangguan proses pikir sehubungan
dengan abnormalitasnya zat – zat kimia
dalam tubuh yang dihubungakan dengan uremia.
1)
Kaji
status neurologic : Orientasi terhadap waktu, tempat dan orang : Pola tidur ;
Tingkat kesadaran dan ktivitas motorik (kejang)
Rasional : Perubahan yang terjadi
merefleksikan adanya ganggua pada fungsi saraf sentral dan autonom.
2)
Kaji
tipe kepribadian
Rasional : Untuk mengidentifikasikan perubahan yang dihubungkan
dengan uremia.
3)
Observasi
terhadap perubahan perilaku, adanya neuropathi perifer, rasa terbakar, kram
otot dan gejala paresthesia lainnya.
Rasional : Perubahan metabolisme
menyebabkan disfungsi cerebral dan dapat terjadi kerusakan serabut saraf .
4)
Orientaskan
pasien terhadap kenyataan saat ini.
Rasional : Menurunkan kemungkinan
terjadinya disorientasi dan menginformasikan kepada klien keadaan / issue saat
ini.
5)
Pertahankan
tindakan kenyamanan : Tutup rel tempat tidur, tempat tidur tidak boleh terlalu
tiggi, jaukan barang – barang tajam, letakan bel dekat pasien.
Rasional :Memberikan kenyamanan lingkungan dan mencegah injuri.
6)
Sempatkan
waktu anda untuk bersama – sama klien, tanyakan klien dengan kalimat terbuka.
Rasional : Mencegah kehikangan memori pada pasien
7)
Berikan
latihan relaksasi sebelum tidur dan brikan periode stirahat.
Rasional : Meningkatkan
kenyamanan tidur karena uremia dapat mengganggu pola tidur.
7.
Kurang
mampu merawat diri sehubungan dengan kelemahan fisik.
1)
Kaji
kelemahan dan kelelahan, dan berikan penjelasan tentang kebutuhan perawatan
diri.
Rasional : untuk menentukan
kebutuhan yang akan dilakukan.
2)
Jika
pasien tidak mampu sama sekali Bantu lakukan perawatan dipasien dengan
melibatkan kelurag.
Rasional: Memandirikan kelurga dalam merawat pasien.
3)
Lakukan
latihan nafas dalam batuk dan ambulasi di tempat tidur.
Rasional: Untuk mencegah efek dari bedrest seperti pneumonia.
8.
Resiko
terjadinya diskusi seksual
1)
Kaji
keadaan pasien secara umum.
Rasional: untuk mengidentifikasikan
masalah yang ada.
2)
Minta
pasien untuk mengungkapkan perasaannya secara terbuka.
Rasional : Informasi dari pasien sangat penting untuk pelaksanaan
askep
3)
Bantu
pasien untuk memecahkan masalah .
Rasional: Meningkatkan penerimaan pasien.
4)
Jelaskan
pasien tentang permasalahan yang terjadi.
Rasional : Membantu
meningkatkan pengetahuan dan mengundang partisipasi klien.
5)
Rujuk
pasien kekonseling bila dibutuhkan
Rasional : Membantu untuk memecahkan permasalahan yang ada
9.
Gangguan
gambaran diri
1)
Gaji
dan jelaskan kepada pasien tentang keadaan ginjalnya serta alternatif tindakan
lainnya seperti dialysis atau transplantasi
.Rasional: Interfensi awal bias mencegah disstres pada pasien.
2)
Libatkan
support sistim dalam perawatan pasien.
Rasional: Kehadiran support sistim
meningkatkan harga diripasien.
D.
Evaluasi
1.
.Perfusi
jaringan ginjal adekuat. Data pendukung tes fungsi ginjal dalam keadaan normal.
2.
Balance
cairan normal. Data pendukung tidak ada tanda -
tanda oedema.
3.
Status
nutrisi pasien diperbaiki dan dipertahankan. Data pendukung: Intake makanan dan
minuman dalam batas normal sesuai diit yang dianjurkan.
4.
Tidak
ada infeksi. Data pendukung tidak ada tanda infeksi yang didapat.
5.
Kulit
utuh. Data pendukung tidak ada kerusakan pada kulit.
6.
Respon
terhadap rangsangan persepsi / sensorida dalam batas normal. Proses piker
normal. Data pendukung orientasi terhadap waktu, tempat, orang baik gangguan
sensasi tidak ada perkembangan, pola tidur normal.
7.
kebutuhan
sel fcare terpenuhi.
8.
Pasien
menerima perubahan yang terjadi pada dirinya.
9.
Pasien
menerima perubahan yang terjadi pada dirinya
DAFTAR PUSTAKA
1.
Brundage Dorothy (1991), “ Renal Disorders “
Mosby Year Bok, Inc.
2.
Purnawan
Junadi,(1982), “ Kapita Selekta Kedokteran “ , Edisi ke 2. Media Aeskulapius, FKUI 1982.
3.
Soeparman
(1990), “ Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Balai Penerbit FKUI 1990.
4.
Sylvia
Anderson Price (1990) “ Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit”.
Alih Bahasa Adji Dharma, Edisi II.
5.
Marllyn
E. Doengoes (1987), “ Nursing Care Plan “ , Fa. Davis Company,
Philadelpia.
6.
D.D.Ignatavicius
dan M.V.Bayne (1991),” Medical Surgical Nursing “ , A Nursing Process
Approach, W. B. Saunders Company, Philadelpia
0 Response to "ASKEP GAGAL GINJAL KRONIK"
Post a Comment